Minggu, 31 Mei 2009

Bintek TPK Bogor 09

Dari tanggal 27 - 30 Mei 2009, saya mendapat kesempatan mengikuti Bintek Tim Pengembang Kurikulum tingkat Kabupaten yang kegiatannya diadakan di Hotel Graha Dinar Puncak Raya Bogor. TPK Kab Banjar terdiri dari 10 orang guru dari 10 mata pelajaran. Seharusnya, yang berangkat adalah guru-guru yang telah mengikuti Bintek TPK tahun 2007 lalu, namun karena sebab tertentu yang saya sendiri tidak tau, maka beberapa orang peserta lama digantikan, termasuk saya yang merupakan anggota TPK baru.
Pada dasarnya materi yang disampaikan ada yang sudah lama dan ada yang baru. Sifatnya pengembangan dan penyempurnaan saja, dimana jika sebelumnya KTSP yang di susun sekolah tidak memiliki rambu-rambu bagaimana sih KTSP yang bagus, sekarang sudah dibuat rambu-rambunya dengan nama verifikasi KTSP. Dalam format verifikasi tersebut terdapat rubrik untuk mengukur ketepatan KTSP yang dibuat oleh sekolah, lengkap dengan rambu-rambu penilaiannya. Jadi tim pengembang KTSP di tingkat sekolah dapat menilai sendiri KTSP yang telah disusun, jika tidak sesuai maka dapat diperbaiki. Verifikasi dan perbaikan KTSP di tingkat sekolah dapat meminta bantuan dari peserta TPK yang dikirim Bintek TPK ke Bogor.
Hal lain yang dapat saya tangkap dari kegiatan bintek ini adalah, adanya ketidak sesuaian antara harapan PMPTK dengan tindak lanjut di tingkat Kabupaten/Kota. Harapan PMPTK agar TPK Kabupaten/Kota diberdayakan di tingkat Kabupaten untuk mensosialisasikan KTSP ternyata tidak berjalan. Karena itu banyak peserta Bintek TPK 2007 yang mengeluhkan bahwa mereka yang sudah ikut bintek merasa "memakan uang negara" namun tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan hasilnya, alias tidak difasilitasi oleh kabupaten/kota untuk melakukan kegiatan sosialisasi hasil bintek. Bahkan ada peserta yang meminta agar dibekali "surat sakti" supaya pihak kabupaten/kota mereka bersedia mengikutkan mereka sebagai fasilitator dalam kegiatan sosialisasi KTSP di daerahnya.
Sebagai peserta Bintek baru, saya mencoba memahami dengan cepat apa yang dipermasalahkan. Sampai akhirnya saya tiba pada satu kesimpulan bahwa tidak salah kalau peserta bintek ngotot minta dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi dan verifikasi di tingkat kabupaten atau kotanya karena mereka merasa sudah punya bekal cukup, namun pihak kabupaten/kota juga tidak salah jika tidak melibatkan mereka, sebab bukanlah suatu keharusan untuk itu karena mungkin mereka punya pertimbangan lain. Lalu menurut saya jalan tengahnya adalah, peserta Bintek tidak harus menyampaikan atau mensosialisasikan ilmunya dengan difasilitasi oleh pihak kabupaten melalui kegiatan diklat atau workshop yang tentunya memakan biaya besar, namun mereka dapat memilih kegiatan lainnya, misalnya sosialisasi di tingkat sekolah masing-masing yang cukup dengan biaya seadanya setelah disetujui oleh kepala sekolah. contoh lainnya melalui kegiatan di MGMP yang pesertanya toh juga satu kabupaten/kota. Dan yang paling gampang adalah sosialisasi dari mulut ke mulut, hanya dengan modal informasi bahwa kita punya hasil diklat bintek TPK yang baru dan kesediaan kita meminjamkan CD atau hasil print outnya, serta kesediaan untuk memberikan penjelasan jika mereka kurang paham, maka semua masalah akan terpecahkan. Perasaan"berat" karena "telah memakan uang negara" pasti tidak akan menjadi masalah lagi. Bukankah "ada banyak jalan menuju Roma", asalkan ada niat dan kemauan.
Berkaitan dengan hal tersebut, melalui tulisan ini, saya sampaikan kepada yang berminat memiliki hasil diklat Bintek TPK 2009, saya persilakan untuk menghubungi saya dengan membawa CD kosong he..he..he.., bisa langsung via telpon atau via email fitriajalah@yahoo.co.id